Sihiteezra's Weblog

Love the Life You Live&Live the Life You Love

Koalisi, Cara ampuh menyulam ambisi

leave a comment »

Kalau mau kebal terhadap segala kata-kata maka jadilah politisi. Saat ingin dimaklumi berdusta jangan sungkan berkarir di partai-partai yang ada. Jika ingin belajar senyum meskipun segunung rasa benci ada di hati maka belajarlah dari para calon pemimpin negeri ini. Apabila kuasa menjadi hal yang paling diingini apapun jalannya, tak pelak lagi, bidang yang akan disebut birokrasi ini ajangnya. Apa judulnya bagi Jusuf Kalla yang sedang heboh lobi sana lobi sini menyiapkan koalisi. Setelah patah hati karena Demokrat memandangnya sebelah mata, politisi sepuh ini tak kehabisan ide. Tak mudah baginya menyerah kala sebagian dari partainya yang berlambang Beringin itu mendukung dia. Siapa JK di ranah politik dan masyarakat, tak cukup populer. Posisi Golkar yang tak lagi menduduki peringkat pertama dalam pemilu legisllatif. Mereka salah langkah. Atau barangkali rival ketatnya, kencang membagikan keeping dan lembar-lembar berharga. JK sendiri, calon presiden yang kekayaannya lebih dari 200 juta dollar AS. Tak mustahil sebenarnya jika dia lebih banyak berbagi akan menambat hati dengan jumlah lebih. Bukan menyarankan soal politik uang. Tapi ini bicara strategi yang kerap dijalankan oleh para pejabat negeri ini. Setelah hasil penghitungan 9 April itu, lihatlah betapa sumringah wajah si ganteng yang dikagumi banyak ibu itu. Sebelumnya beban berat terlihat tersemat. Tapi semua itu lepas kini. Demokrat benar-benar berada di atas angin. Dengan perolehan lebih dari 20%, partai biru ini terpuaskan. Sekalipun proses pemilu yang carut-marut ini sedang dipermasalahkan. Suara-suara tuntutan muncul menganggap pemilu ini paling kacau. Bagaimana tidak setengah penduduk Indonesia tak ikut memilih. Memang tinimbang calon-calon lain, si tegap ini paling dikenal mampu menarik perhatian. Tapi partai di belakangnya tak perlu lah terlalu bangga dengan “prestasi” itu. Itu bukan wujud kepercayaan namanya, tapi frustrasi masyarakat karena tak ada pilihan. Sekadar memberikan kesempatan agar menyelesaikan program pada periode selanjutnya. Ini mungkin. Lalu, pupus pula harapan Golkar saat Demokrat mencoba “memaksa” mereka membulatkan suara. Maksud SBY, “ kasih calon wapres asal jangan JK, apa susahnya sih ngasi Akbar Tanjung atau Sultan Hamengkubuwono?” . Tapi sang usahawan udzur dari partai Beringin itu tak surut juga ambisinya. Lebih baik berperang degan tenaga sedikit disbanding menyerah, toh kecenderungannya tetap kalah toh. Tak rela dia jika ada actor Gokar yang maju ke kursi RI II. Itu sebabnya, Akbar Tanjung mencoba mengkordinir rapimnas tandingan Golkar, yang pada akhirnya sia-sia tatkala sang “D” menolak mentah-mentah ketidaksatuan suara. Golkar benar-benar repot kali ini. Mau tak mau harus merayu PDIP yang selama ini memang terkesan oposisi dan partai-partai cilik yang ngakunya membela wong cilik itu. Ayo, coba rangkul Hanura, P3,PKS, PDIP yang otomatis kalau ikut koalisi ini akan menggaet Gerindra yang sudah terlebih dahulu mendekatkan diri. Konsekuensinya, kata goobye bagi Prabowo ke kursi RI II apalagi RI I. Lalu rencannya Golkar juga akan mengajak PAN. Lha kan Amin Rais sudah mulai menghamba ke sang D, disebutnya nama Hatta Rajasa yang semasa menjabat menteri transportasi tampaknya tak bias diandalkan itu. Kan waktu mentrans, kecelakaan dalam bidang perhubungan menjamur, baik secara penanganan ataupun pencegahan tak menunjukkan perubahan, hingga akhirnya pria berambut putih ini dimutasi ke kantor secretariat Negara. SBY benar-benar sayang padanya, apalagi senyumnya ikut paling sumringah saat namanya dan Sutrisno Bachir dicalonkan Amin Rais menjadi pendamping SBY. Lalu menyangkut soal Hanura, Wiranto sendiri dulu tak jadi rahasia tak cocok dengan JK. Dia keluar tanpa pamit dari Golkar dan membentuk partai oranyenya itu. Kira-kira demikian masalahnya. Mungkin berpikir pasca 1998, Golkar akan habis tapi muncul citra Golkar Baru yang dikumandangkan bang Akbar Tanjung. Nyawa Golkar memang masih eksis di kancah politik negeri ini, sekalipun tergeser posisinya di Pemilu tapi paling tidak masih disebut partai “besar”. Benar-benar hari-hari yang berat bagi para pemain catur politik ini. Set, set, set, semuanya masih memutar otak. Kalau JK barangkali sudah tak tidur, sibuk mengantisipasi kemungkinan terburuk atau paling tidak menggoncang ruang nyaman sang “D” yang kali ini mulai dinikmati. Dua bulan ini adalah kerja keras, demi sebuah nama besar yang sebenarnya didorong nafsu berkuasa yang terlihat makin membuas dan membabi bitu. Sikut sana sikut sini, hormat sana peluk sini, tawarkan sesuatu untuk sebuah imbalan dan kerjasama mutualis. Hati-hati dihabisi ambisi.

Written by Miss Cha

December 8, 2022 at 1:13 pm

Posted in Uncategorized

Leave a comment